PALESTINA – Kepala badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, Senin (24/6/2024), mengatakan Gaza telah hancur dan menjadi “neraka hidup” bagi lebih dari 2 juta orang di sana. Dia menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidato pembukaan saat pertemuan Komisi Penasihat badan tersebut di Jenewa.
“Dalam sembilan bulan terakhir, kita telah menyaksikan kegagalan kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah yang penuh dengan kekerasan selama beberapa dekade,” ujar Lazzarini, mengutip Anadolu Agency, Selasa (25/6/2024).
Menggambarkan situasi yang terjadi sebagai “mimpi buruk” yang tidak dapat dibangunkan oleh warga Gaza, ia menyesalkan bencana kelaparan di Jalur Gaza akibat tindakan manusia.
“Anak-anak meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi, sedangkan makanan dan air bersih menunggu di truk,” tutur Lazzarini.
Rusaknya ketertiban sipil telah mengakibatkan penjarahan dan penyelundupan merajalela sehingga menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan untuk warga yang sangat membutuhkannya. Pejabat itu juga menyebutkan situasi di Tepi Barat telah memperingatkan tragedi lain sedang terjadi di bawah bayang-bayang Gaza. Hal ini karena lebih dari 500 warga Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober 2023. Mengenai jutaan pengungsi Palestina di wilayah pendudukan Palestina, Lebanon, Suriah, dan Yordania, Lazzarini mengatakan sebagian besar dari mereka telah tinggal di kamp-kamp selama beberapa generasi.
“Sering dengan hak-hak yang terbatas dan dalam kemiskinan yang parah, mereka (warga) menunggu solusi politik yang akan mengakhiri konflik untuk penderitaan mereka,” ungkapnya.
“Hari ini, mereka menyaksikan tragedi Palestina terbesar sejak Nakba,” tambah Lazzarini.
Lazzarini mencatat 193 personel lembaga tersebut telah terbunuh di Gaza. Ia mengatakan badan tersebut telah membayar harga yang sangat mahal. Ia juga memperingatkan ruang operasional badan tersebut menyusut di Tepi Barat. Hal itu karena tindakan sewenang-wenang Israel yang sangat membatasi kehadiran dan pergerakan staf.
“Selain serangan-serangan ini, kita menyaksikan upaya bersama membubarkan UNRWA. Tujuannya mengubah parameter politik yang ada demi perdamaian di wilayah pendudukan Palestina,” jelas Lazzarini.
“Upaya ini mencakup usulan legislatif yang melemahkan operasi kami dengan mengancam akan mengusir kami dari kompleks. Serta melabeli UNRWA sebagai organisasi teroris,” tuturnya. Lazzarini telah menekankan badan tersebut menjadi sasaran karena perannya dalam melindungi hak-hak pengungsi Palestina. Dan mewujudkan komitmen internasional terhadap solusi politik. []
Nur Quratul Nabila A