IRAN – Jenderal pasukan khusus Angkatan Bersenjata Iran (IRGC) Saeed Abiyar tewas dalam serangan Israel di Aleppo awal pekan ini. Insiden ini memicu perbincangan potensi Iran-Israel perang lagi. Menurut laporan, serangan Israel menghantam pabrik tembaga di Hayyan, Aleppo Barat. Imbas gempuran ini, 16 anggota milisi pro-Iran juga disebut tewas. Iran lantas bersumpah akan membalas serangan Israel. Mereka bahkan menyambut “Rezim zionis harus dihukum.” Kematian Abiyar mengingatkan kembali perang Iran-Israel pertengahan April lalu. Apakah konflik ini akan kembali pecah?
Analis Iran yang berbasis di Washington DC Trita Parsi menilai eskalasi bukan hal yang pasti. “Di satu sisi, mereka akan mendapat tekanan untuk merespons guna mengklaim bahwa pencegahan mereka telah pulih,” kata Parsi, dikutip CNN. Setelah perang dua bulan lalu, Iran mengklaim berhasil meningkatkan pertahanan untuk mencegah ancaman negara. Mereka juga menyatakan akan membalas semua tindakan Israel yang mengancam kepentingan nasional.
Namun, saat ini Iran sedang sibuk mempersiapkan pemilihan umum setelah Presiden Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Abdollahian tewas dalam kecelakaan helikopter. Pemilu Iran dijadwalkan berlangsung pada 28 Juni. Parsi juga memandang Iran akan bingung merespons serangan Israel termasuk skenario apa yang dipersiapkan, seberapa besar skala serangan, dan potensi dampak serangan balasan tersebut.
“Apakah mereka ingin terjadi eskalasi di tengah pemilu yang sangat sensitif ini?” imbuh dia.
Parsi kemudian membandingkan serangan terbaru dengan gempuran pada April lalu. Dua bulan lalu, Israel menyerang fasilitas diplomatik Iran di Damaskus, Suriah. Secara teknis, ini merupakan wilayah pemerintahan Ebrahim Raisi sehingga Iran memutuskan mengambil tindakan signifikan. Namun, Parsi menggarisbawahi serangan Israel awal pekan ini tak punya ambang batas yang sama dengan serangan April lalu.
Kali ini, pasukan Zionis menggempur pabrik tembaga di Aleppo, tindakan yang memicu kecaman Suriah. Aleppo merupakan wilayah yang dikuasai milisi pro-Iran. Anggota milisi ini disebut-sebut terdiri dari warga Suriah dan warga asing. Dia juga mencatat saat ini tak ada negara yang menginginkan eskalasi saat Israel menggempur habis-habisan Gaza. Jika pada akhirnya Iran mengambil tindakan militer misalnya meluncurkan drone besar-besaran ke Israel, ini akan memicu konflik lebih luas. Perang ini akan memecah fokus komunitas internasional yang mengupayakan perdamaian Israel-Hamas. []
Nur Quratul Nabila A