ISRAEL – Serangan Israel ke wilayah kantong Palestina, Gaza, telah memberi dampak ekonomi bagi Negeri Yahudi. Situasi ini bahkan telah membuat sejumlah besar investor menarik dananya dari negara itu. Melansir laporan media Israel, Yedioth Ahronoth, hal ini dikonfirmasi oleh seorang eksekutif senior perbankan di negara itu. Ia bahkan mengatakan jumlahnya kemungkinan mencapai miliaran shekel. Selain itu, terdapat adanya penurunan signifikan dalam pembelian obligasi Israel. Hal ini menjadi sebuah fenomena yang belum pernah ia lihat selama bertahun-tahun.
“Kami menjadi tidak diterima secara ekonomi, hampir menjadi paria di beberapa daerah. Banyak perusahaan sekarang berada dalam risiko, karena entitas internasional memberlakukan boikot informal terhadap perusahaan dan pabrik Israel, sehingga menghindari investasi di sini,” katanya awal pekan ini, dikutip CNBCÂ Rabu (5/6/2024).
Israel telah lama menjadi sasaran kampanye divestasi karena pendudukannya atas Palestina di Tepi Barat. Serangan militernya di wilayah Gaza pun semakin merusak reputasi internasional Negeri Zionis itu. Ketidakpastian mengenai berapa lama perang akan berlangsung juga menjadi kekhawatiran investor. Serangan terhadap Gaza kini telah mencapai bulan kedelapan, dan sejauh ini hanya ada sedikit keberhasilan dalam mengalahkan milisi penguasa wilayah itu, Hamas, yang melancarkan serangan ke Israel pada 7 Oktober lalu.
“Pemerintah harus segera mengembangkan rencana darurat untuk menyelamatkan entitas bisnis dari situasi yang dapat menjadi ancaman nyata terhadap stabilitas perekonomian Israel,” tambah petinggi perbankan itu.
“Di masa perang, kita memerlukan strategi tidak hanya untuk menghilangkan tokoh-tokoh seperti Sinwar, meskipun hal ini penting, namun juga untuk melindungi dan mempertahankan beberapa perusahaan ekonomi besar Israel, serta usaha kecil.”
Ketua Otoritas Sekuritas Israel, Seffy Zinger, juga menyatakan keprihatinannya terkait hal ini. Ia memaparkan investor asing telah menarik lebih dari 34 miliar shekel (Rp 150 triliun) dari pasar saham Israel sejak awal perang.
“Bahkan sebelum perang, terjadi penurunan investasi asing di Israel. Perang telah mempercepat tren ini. Investor institusional Israel telah menanggung sebagian besar beban ini,” jelasnya.
Perekonomian Israel hingga 20,7% dalam tiga bulan terakhir (Q4) tahun 2023 bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (Q3). Hal ini dikarenakan belanja konsumen, ekspor, dan investasi yang sangat terpukul akibat perang di Gaza dengan Hamas. Untuk tahun 2024, lembaga pemeringkat perbankan Standard & Poor’s (S&P) mengestimasikan pertumbuhan sebesar 0,5% pada tahun 2024. Kemudian laju pertumbuhan diperkirakan akan meningkat menjadi 5,0% pada tahun 2025.
Meski begitu, akan ada hambatan besar dalam pemulihan ekonomi Negeri Zionis. Profesor Ekonomi di Universitas Haifa, Benjamin Bental, mengatakan sektor-sektor tertentu masih sangat terkena dampak kekurangan tenaga kerja, khususnya konstruksi. “Hal ini sebagian besar disebabkan karena industri ini sangat bergantung pada pekerja Palestina yang berasal dari Tepi Barat yang diduduki Israel, yang kini tidak dapat melakukan perjalanan ke tempat kerja mereka di Israel karena situasi keamanan,” ujarnya kepada Deutsche Welle.
Sekitar 75.000 warga Palestina pulang pergi setiap hari ke Israel untuk melakukan pekerjaan konstruksi dari Tepi Barat. Ketidakhadiran mereka membuat pekerjaan pembangunan hampir terhenti total, karena konstruksi perumahan turun sebesar 95% pada akhir tahun 2023. []
Nur Quratul Nabila A